Belasan tahun sudah habis dengan sendirinya. Habis untuk berlari, tertawa, mengkhayal, menjauh, menghindar, mengejar, menangis, jatuh, berkeluh-kesah, hingga hampir menyerah. Ingin rasanya menegasi diri sendiri: bahwa semesta tidak selalu ramah. Bahwa ada banyak hal yang sudah cukup dibiarkan saja. Tidak usah menyalahkan diri sendiri terus. Tidak perlu membebani diri atas semua yang terjadi di luar kendali.
Satu hari, satu tahun sekali, dan sudah terulang sembilan belas kali. Tapi apa yang berbeda? Aku masihlah manusia dengan topeng berbagai macam rupa. Masih tinggal di dunia dengan khalayak yang berkemampuan pura-pura yang sama. Tidak banyak berubah. Hanya kumis dan jenggot yang mulai menebal mengganggu pemandangan. Juga ada bekas jerawat yang tidak mau hilang meski sudah skincare-an. Sisanya tetap sama. Entah waktu yang berjalan begitu cepat atau aku yang bertumbuh terlalu lambat.
Momen sekali setahun ini pada akhirnya menyadarkan aku bahwa waktu tidak pernah memberikan apapun kecuali kesempatan dan masa lalu. Masa lalu memberi tahu bahwa bertumbuh menjadi dewasa bukan tentang seberapa besar angka yang tertulis di kolom umur lembar identitas. Tapi bertumbuh dewasa adalah tentang memantaskan diri disetiap kesempatan yang ada. Memantaskan diri untuk layak menjadi asli.
Kita sepakat bahwa dunia tidak selalu baik.
Banyak sapa yang tak bernyawa.
Ramai kepedulian yang hanya sekadarnya saja.
Dan kurasa kita juga sepakat bahwa selama ini kita selalu ingin menjadi layak untuk sudut pandang orang lain. Layak di baris-baris cerita mulut orang lain. Kita sibuk membersamai orang lain sampai lupa bahwa jiwa yang sebenarnya juga perlu dibersamai diri sendiri. Kita takut ditinggalkan banyak orang padahal seburuk-buruknya kehilangan adalah kehilangan diri sendiri.
Bertumbuh tidaklah mudah, tapi tidak akan ada bahagia sebelum merasakan penderitaan, bukan?
Seperti tanaman yang bertumbuh untuk berbunga, sepertu itulah kita yang bertumbuh menjadi dewasa: berusaha menumbuhkan daun, menyirami akar dengan syukur, berfotosintesis dengan doa, kemudian pada akhirnya, bunga akan bermekaran.
***
Kepada semuanya yang sekali lagi berkesempatan membuka lembaran baru, kita pernah sama-sama merisaukan masa depan. Pernah sama-sama menyesali masa lalu. Untuk saat ini, sudah bukan lagi tentang seberapa banyak tahun yang terhitung dalam hidup, melainkan seberapa 'hidup' kita dalam satu tahun yang kita punya.
Selamat ulang tahun, kita
Semoga dimudahkan proses bertumbuhnya, dikabulkan harapan dan impiannya.
aamiin