• Home
  • About
  • Contact
    • Email
    • Instagram
  • Category
    • Timelapse
    • Thoughts
    • Renjana
  • Kebijakan Privasi
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

LUMINOUS

when it's all dark, the only thing we need is a light


"Apa kabar?"

Entah sudah berapa lama pesan ini tidak mendarat di roomchat whatsapp kita. Hari ini kamu mengirimnya. Tanda tanya yang mengakhiri pesanmu itu, ternyata sangat andal dalam mengacaukan segalanya. Merobohkan dinding yang telah kubangun dengan susah payah. Dinding yang akan kugunakan untuk melindungi hati berhibernasi. Memulai tidur panjangnya. Memulai (lagi) penantian yang melelahkan. Menunggu seseorang baru yang mungkin akan datang membawakan musim semi untukku.

"Bagaimana pacar barumu?"

Tanyamu yang seolah-olah mudah bagimu untuk menemukan seorang pengganti. Tapi tidak denganku. Bagaimana bisa kutemukan pengganti dengan cepat bila bagiku, menemukanmu adalah anugerah. Dijaga olehmu adalah hal yang sangat kusyukuri. Aku selalu berterimakasih karena Tuhan telah mengirimkanmu untuk-ku. Karena kamu memilihku. Membalas perasaanku dengan rasa cinta yang lebih besar daripada cinta yang aku punya.

Bahwa sungguh kamu adalah rumah paling rupawan. Tempat paling nyaman bagiku untuk tinggal.

Tapi sayang, kita adalah kita yang saat ini sudah di ujung kisah. Kamu adalah kamu yang sudah punya kehidupan baru. Dan aku adalah aku yang sedang berjuang agar terbiasa tanpamu.

"Andai kita bisa seperti dulu, ya."

Itu adalah pesan ultimatum yang sayangnya tidak berhasil aku tembakkan kepadamu. Kuruntuki diriku sendiri yang lagi-lagi membiarkan rindu mengalahkan logika. Berpikir jika kita masih bisa kembali menjadi 'kita'. Tentu aku tahu untuk saat ini hal itu mustahil, bukan?

Jika masih boleh kupanggil namamu dengan sebutan sayang, maka ini pesanku untukmu. Pesan yang akan kugunakan untuk menenangkan diri sendiri. Tidak ada maksud apa-apa selain berdamai denganmu dan rasa-rasa yang sampai saat ini masih ada--meski dengan tatanan yang tak lagi sama: berantakan.

"Sayang, biarlah kisah ini berakhir. Biarkan aku dan kamu terbang memandang belahan bumi yang lain. Karena hidupmu bukan hanya tentang aku. Pun begitu bagiku. Jika memang Tuhan menakdirkan kita menjadi sepasang, maka Ia akan diam-diam kembali menyatukan. Tinggal bagaimana kita berdoa kepada-Nya. Sebab meski doaku dan doamu berbeda, meski bukan lagi namaku yang kau sebut di dalamnya, tapi selama doa kita masih ditutup dengan amin yang sama, selama itu pula hatiku akan mengingatmu sebagai sosok yang pernah begitu istimewa."

Kuucapkan terimakasih atas semuanya. Mari bersua pada kisah yang berbeda. Entah sebagai dua manusia yang kembali jatuh cinta, atau dua manusia yang sudah berhasil menemukan cinta lainnya.

Mari bersua, lalu menertawakan kisah lama kita.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Kepada kamu dengan penuh ragu, aku ingin mengatakan sesuatu. Ada perasaan asing yang kini menyerangku. Aku tidak bisa mendefinisikannya. Aku tidak tahu apakah ini perasaan rindu atau hanya perasaan kosong karena belum terbiasa tanpa kamu. Apakah aku merasa kehilangan atau hanya hampa karena sekarang kita sudah berbeda. Dulu aku pikir semua akan melegakkan saat mengetahui kamu bisa kembali menemukan tawamu. Aku pikir aku akan bahagia juga saat melihatmu tertawa bersama teman-temanmu. Aku pikir keputusanku untuk memilih kalah adalah keputusan yang paling tepat.

Tapi ternyata tidak.

Kepada kamu dengan penuh ragu, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku lupa bagaimana caranya melupakan seseorang setelah bertemu denganmu. Aku pikir semua akan terasa mudah saat kita sudah punya kehidupan yang baru. Aku pikir perasaan itu akan pudar seiring dengan berjalannya waktu. Aku pikir orang-orang disekitarku akan mampu membuat bayanganmu hilang.

Tapi nyatanya tidak.

Nyatanya kamu masih selalu ada di sana. Duduk manis dan tersenyum di lorong kepala saat pada tengah malam kucoba pejamkan mata. Nyatanya kamu masih ada di dalam tulisanku. Nyatanya, setiap lirik lagu yang kudengar selalu memutar memori manis tentang kita dulu.

Tapi tetap kita sudah bukan lagi apa-apa, bukan? Sekarang aku harus bisa memandangmu dengan cara yang baru. Melihat bagaimana kamu berusaha lupa, membuat aku tersiksa.

Seandainya aku masih bisa menjagamu dan mempertahankan ‘kita’, seandainya aku masih bisa disampingmu dan membuatmu tertawa, seandainya kamu masih bisa kuperjuangkan, seandainya aku tahu seberapa banyak sakit yang akan kuterima saat merelakan perpisahan, seandainya kutahu seberapa pahitnya menyudahi apa yang belum selesai.

Seandainya, pasti bertahan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Ternyata membiarkanmu menemukan tawa yang tanpa aku di dalamnya bukanlah apa yang aku inginkan. Ternyata terbang bebas menjauhimu tak mampu kulakukan.

Tapi tetap kita sudah bukan apa-apa bukan? 

Jadi biarlah jika tidak ada kesempatan yang lainnya. Biar menjadi kenangan. Biar aku saja yang kau lupakan. Dan kamu di sini tidak akan hilang. Meski pada akhirnya seseorang yang baru akan datang menggantikan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

Renjana (13) Timelapse (5) Thoughts (3)

Kamu Pembaca yang Ke-

Followers

Popular Posts

  • Salah Apa Aku, Wahai Semesta?
      Malam, pukul dua puluh dua, adalah jadwal kita untuk berbincang tentang banyak hal yang manis dan menyenangkan berdua. Tidakkah kamu meras...
  • Satu-satunya, Segalanya
    Kepada Kamu, seseorang yang telah kujatuhi cinta dengan penuh, percayalah bahwa kamu adalah satu-satunya sosok yang aku mau. Kamu adalah har...
  • HALU: SUATU HARI NANTI
      Hal apa yang lebih menyenangkan daripada menyantap sarapan enak di pagi hari? Hal itu adalah menemanimu di dapur sembari mengalungkan leng...

Blog Archive

  • ►  2022 (6)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  May 2022 (2)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (9)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  September 2021 (2)
    • ►  January 2021 (1)
  • ▼  2020 (6)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)
    • ►  May 2020 (1)
    • ▼  February 2020 (2)
      • Berdamai dengan Rasa yang (masih) Ada
      • 02.02.2020
    • ►  January 2020 (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose | Delivered by Nur Hidayat