"Apa kabar?"
Entah sudah berapa lama pesan ini tidak mendarat di roomchat whatsapp kita. Hari ini kamu mengirimnya. Tanda tanya yang mengakhiri pesanmu itu, ternyata sangat andal dalam mengacaukan segalanya. Merobohkan dinding yang telah kubangun dengan susah payah. Dinding yang akan kugunakan untuk melindungi hati berhibernasi. Memulai tidur panjangnya. Memulai (lagi) penantian yang melelahkan. Menunggu seseorang baru yang mungkin akan datang membawakan musim semi untukku.
"Bagaimana pacar barumu?"
Tanyamu yang seolah-olah mudah bagimu untuk menemukan seorang pengganti. Tapi tidak denganku. Bagaimana bisa kutemukan pengganti dengan cepat bila bagiku, menemukanmu adalah anugerah. Dijaga olehmu adalah hal yang sangat kusyukuri. Aku selalu berterimakasih karena Tuhan telah mengirimkanmu untuk-ku. Karena kamu memilihku. Membalas perasaanku dengan rasa cinta yang lebih besar daripada cinta yang aku punya.
Bahwa sungguh kamu adalah rumah paling rupawan. Tempat paling nyaman bagiku untuk tinggal.
Tapi sayang, kita adalah kita yang saat ini sudah di ujung kisah. Kamu adalah kamu yang sudah punya kehidupan baru. Dan aku adalah aku yang sedang berjuang agar terbiasa tanpamu.
"Andai kita bisa seperti dulu, ya."
Itu adalah pesan ultimatum yang sayangnya tidak berhasil aku tembakkan kepadamu. Kuruntuki diriku sendiri yang lagi-lagi membiarkan rindu mengalahkan logika. Berpikir jika kita masih bisa kembali menjadi 'kita'. Tentu aku tahu untuk saat ini hal itu mustahil, bukan?
Jika masih boleh kupanggil namamu dengan sebutan sayang, maka ini pesanku untukmu. Pesan yang akan kugunakan untuk menenangkan diri sendiri. Tidak ada maksud apa-apa selain berdamai denganmu dan rasa-rasa yang sampai saat ini masih ada--meski dengan tatanan yang tak lagi sama: berantakan.
"Sayang, biarlah kisah ini berakhir. Biarkan aku dan kamu terbang memandang belahan bumi yang lain. Karena hidupmu bukan hanya tentang aku. Pun begitu bagiku. Jika memang Tuhan menakdirkan kita menjadi sepasang, maka Ia akan diam-diam kembali menyatukan. Tinggal bagaimana kita berdoa kepada-Nya. Sebab meski doaku dan doamu berbeda, meski bukan lagi namaku yang kau sebut di dalamnya, tapi selama doa kita masih ditutup dengan amin yang sama, selama itu pula hatiku akan mengingatmu sebagai sosok yang pernah begitu istimewa."
Kuucapkan terimakasih atas semuanya. Mari bersua pada kisah yang berbeda. Entah sebagai dua manusia yang kembali jatuh cinta, atau dua manusia yang sudah berhasil menemukan cinta lainnya.
Mari bersua, lalu menertawakan kisah lama kita.