Inti dari diri kita yang sebenarnya adalah ketenangan yang stabil. Dia di dalam sana, tenang dan hening. Hanya saja, terkadang, emosi dan pikiran berhasil membuat jiwa seolah-olah kacau dan berantakan. Pada dasarnya, emosi dan pikiran tidaklah berbeda dengan ombak di laut, bayang-bayang di cermin, awan hitam di langit, dan ampas kopi di dasar cangkir.
Seperti langit, diri kita adalah padang yang luas, kosong,
tenang, dan stabil. Emosi dan pikiran adalah awan dan hujan yang hanya
menyelimutinya. Langit bisa gelap ataupun terang. Langit menerima segala jenis
cuaca. Tapi bukankah semua itu hanya sementara? Jika hujan adalah tangis maka
itu hanya sementara. Pun, jika awan cerah adalah bahagia, itu hanya sementara. Cuaca
datang dan berlalu begitu saja. Semua emosi dan pikiran hanyalah cuaca yang datang
dan pergi, sedangkan diri kita adalah langit yang selalu kembali lapang,
tenang, dan stabil
Agak sulit diterima mungkin tapi, diri kita itu tidak
jauh berbeda dengan cangkir. Perasaan dan pikiran kita adalah objek yang
mengisi cangkir itu. Bisa panas, dingin, atau biasa saja. Bisa manis, pahit,
asam, atau tidak berasa. Bisa jernih, pekat, ataupun berampas. Tapi bukankah
semua itu hanya sementara? Air dalam cangkir bisa diganti dengan apapun. Dan
setelah dicuci, cangkir akan bersih kembali—seperti diri kita.
Diri kita serupa cermin. Dia bisa merefleksikan semua
objek tanpa pandang-pilih. Tapi cermin akan kembali bersih setelah objek di
depannya tidak ada. Emosi dan pikiran-pikiran adalah objek yang bisa
terproyeksikan kapanpun. Kita yang adalah cermin harus menyadari bahwa proyeksi
hanya muncul saat objek sedang berada di depannya. Pada akhirnya kita akan
memahami bahwa emosi dan pikiran hanyalah sementara. Saat objek itu menghilang—atau
dihilangkan, semua akan bersih seperti semula.
Emosi dan pikiran selayaknya ombak yang hanya ada di pinggir
lautan. Di tengahnya, laut tetap tenang dan hening. Badai bisa saja datang, petir
bisa saja menyambar. Tapi badai dan petir akan pergi beberapa saat kemudian.
Sama halnya dengan amarah. Sama halnya dengan gembira. Perubahan fenomena di
lautan hanyalah sementara, tapi laut menerima semuanya. Seperti diri kita,
Diri kita siap menampung semuanya,
Menjadi tempat atas segala emosi dan pikiran
Tapi pada akhirnya semua hanya sementara
Pada akhirnya kita adalah ketenangan yang stabil—yang
siap menampung emosi dan pikiran (baru) yang lain