Setelah tidak denganmu, aku
menyadari bahwa ada banyak hal yang ternyata tidak ikut berakhir meski babak
cerita kita telah selesai. Mengkhawatirkanmu misalnya. Merindukanmu.
Memikirkanmu. Selalu ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Itu semua adalah
hal yang tidak pernah selesai meski kita telah berpisah. Mustahil rasanya untuk
menyudahi apa yang sejujurnya—oleh hati—masih ingin dilanjutkan. Mustahil
rasanya untuk melupakan apa yang—oleh hati—masih diingat-ingat dengan kuat.
Aku gagal dalam mempertahankan kita, dulu.
Dan sekarang,
aku juga gagal dalam hal
melepaskanmu.
Aku pernah mencari-cari alasan
dan menghindari semua kemungkinan yang memungkinkan aku bertemu kamu hanya agar
bisa membuat diriku tenang. Membuat diriku tidak lagi berharap. Tapi nyatanya,
semakin banyak alasan yang kucari untuk berhenti mengharapkanmu, semakin banyak
kutemukan alasan untuk bertahan dengan harapan itu.
Aku sadar, bahwa tidak semua
harapan berhak untuk hidup. Tidak semua harapan benar untuk diutarakan—dengan buru-buru.
Terkadang harapan sudah cukup hanya untuk disimpan—dan dikelangitkan. Sebab
menyembuhkan luka tidaklah mudah. Dan harapan yang disampaikan dengan cara yang
salah, bisa menjadi penyebab luka yang kembali berdarah-darah.
Dan aku tidak ingin membuatmu
terluka—untuk kedua kalinya.
Meskipun aku tetap mencintaimu
dan berharap bisa kembali denganmu. Tapi ada batasan yang harus aku ikatkan
pada tubuhku sendiri. Ada batasan yang—saat ini—tidak bisa aku lewati. Meski
rasa ingin memperjuangkanmu besar adanya, tapi tetap ini harus ada batasnya.
Sebab aku belum tentu mampu melewati batasan itu. Batasan yang tanpa kubuat
sendiri pun sudah ada padamu. Batasan yang menunjukan bahwa aku dan kamu tidak
berada pada satu strata yang sama. Adalah hal yang salah jika aku membuatmu
menunggu sampai langkah kaki ini bisa menapak di dasar yang sama dengan tempatmu
yang amat jauh.
Sungguh melepaskanmu aku tidak mampu,
Tapi menggapaimu juga aku butuh waktu.
Entah kapan. Mungkin nanti. Pasti,
Tapi tidak sekarang.
Yang sekarang aku lakukan
adalah sebisa mungkin tidak membuat jarak dengamu. Sebab rindu tercipta dari
jarak. Dan tidak ada rindu yang tidak mendesak temu.
Yang sekarang aku lakukan adalah tidak menahanmu. Sebab melihatmu bisa terbang dengan bebas sungguh lebih baik daripada harus melihatmu tertahan dan tidak nyaman dalam waktu yang entah sampai kapan.