Yang Tidak ada Apa-apanya
Sejak awal, sejak pertemuan pertama yang sama sekali
tidak kita rencanakan, aku mencintaimu. Aku tidak paham bagaimana semesta bisa
membelokkan tubuhku ke kotamu, bertemu kamu, dan mengenalmu dengan baik. Kita
adalah kita yang sama-sama terlahir tanpa tahu seperti apa Tuhan merencanakan
hidup, tanpa tahu seperti apa garis yang digoreskan untuk kita lewati atau
siapa saja orang yang akan kita temui. Dan pertemuan kita, adalah rencana Tuhan
yang paling tidak terduga, tapi aku sangat mensyukurinya. Aku bersyukur dipertemukan denganmu meski pada
akhirnya kita hanyalah kita yang sebatas hampir pernah bersama.
Di balik perpisahan kita yang terpaksa, ketahuilah bahwa
aku mencintaimu!
Aku selalu menyayangimu. Bahkan dari awal pertama
paragraf ini dimulai, sudah kusampaikan bahwa aku mencintaimu. Namun setiap
awal memang selalu terasa manis kan? Yang pahit adalah akhirnya. Dan pertemuan
kita tidak salah. Perasaan kita adalah benar. Yang salah adalah kita yang tidak
bisa saling mempertahankan dengan baik. Tapi sekali lagi, aku bersyukur bertemu
denganmu. Walau tidak lama, tapi aku tidak pernah menyesali pertemuan kita.
Aku kalah.
Satu-satunya pemenang dalam hal ini adalah doaku yang
selalu memohon kepada Tuhan agar kamu bahagia. Dan mungkin, menurut Tuhan,
bukan aku orang yang akan membahagiakanmu. Mungkin, Tuhan punya pendapat yang
berbeda tentang aku untukmu. Mungkin Tuhan berpikir bahwa aku tidak cukup mampu
untuk membentangkan senyum indah diwajahmu setiap harinya.
Tapi tahukah kamu bahwa alasan-alasan ini adalah alasan
yang kubuat sendiri untuk bisa tahan dengan rasa kehilangan? Tahukah kamu
dibalik semuanya aku masih merengek di hadapan Tuhan untuk memintamu kembali?
Tidak perlu terlalu cepat. Aku tidak masalah jika harus
menunggu beberapa waktu yang lebih lama. Sungguh tidak apa-apa. Perpisahan ini
tidak akan ada apa-apaanya jika suatu hari nanti, Tuhan benar-benar mengizinkan
kita bertemu kembali. Bukan sebagai dua orang yang asing. Melainkan dua orang
yang sama-sama sudah lebih baik. Terutama aku,
yang semoga sudah lebih pantas untukmu.
0 komentar