Mungkin ini bukanlah hal yang baru untukmu. Kamu menghela
napas, kesal, sebab lagi-lagi malam sudah hampir habis sedangkan kamu masih
bertahan, belum mengantuk. Matamu sama sekali belum tertutup, yang ia lakukan
hanya berkelana menatapi sudut-sudut kamarmu yang usang, mengikuti gerakan
jarum jam di dinding, dan sesekali menatap ke luar. Di luar sangat sepi. Di
kamarmu juga sepi. Tidak ada suara lain selain suara di dalam kepalamu sendiri.
Hanya di kepalamu yang ramai. Entah ramai karena apa.
Kamu memikirkan tentang masa depan. Tentang bagaimana
nanti, bagaimana besok, bagaimana hidupmu di usia dua puluh lima kelak. Tak
berapa lama kemudian, kamu memikirkan tentang masa lalu. Mengingat
kesalahan-kesalahan yang pernah kamu perbuat kepada orang lain. Kamu merasa
bersalah kepada orang lain. Mempertanyakan apakah kamu sekarang adalah orang yang
jahat karena pernah melakukan kesalahan di masa lalu.
Tak berapa lama, ingatan tentang hal-hal konyol dan ceroboh
di masa lalu muncul. Kamu ingat bahwa hal-hal itu yang pernah membuatmu merasa
malu. Kamu menyesal. Kamu mengutuki diri sendiri karena telah bersikap bodoh.
Lalu kamu tertawa. Menertawakan diri sendiri yang sama sekali tidak bisa
memisahkan perasaan dan pikirannya sendiri. Kemudian kamu bingung dan bertanya.
“Aku kenapa sih?”
Tenang....
Percayalah bahwa kamu tidak sendiri. Tidak hanya kamu
yang merasakan hal ini.
Dalam hidup, kita pasti akan melakukan kesalahan. Pasti.
Disengaja ataupun tidak, tak ada manusia yang luput dari kesalahan. Terlepas
dari rasa sesal yang kamu rasakan, ketahuilah bahwa hidup terus berjalan. Tidak
baik bagimu untuk terus membawa rasa sesal itu. Rasa sesal hanya akan
menggerogotimu. Perlahan-lahan langkahmu akan terhenti hanya karena penyesalan.
Kamu tidak mau, kan?
Lantas lepaskan semuanya.
Ketika kamu banyak pikiran, perasaanmu naik dan turun,
maka berhentilah sejenak. Stop. Pejamkan matamu dan bernapaslah dengan tenang.
Sadari bahwa kamu sedang hidup. Kamu sedang bernapas. Apapun yang terjadi, yang
perlu dilakukan adalah sadar. Jika sulit bagimu untuk menyadari, maka diamlah.
Kesunyian adalah semesta itu sendiri.
Kamu sudah pernah membaca kan bahwa diri kita adalah ketenangan yang stabil? Bebanmu bukanlah kamu. Sadari bahwa beban dan dirimu adalah dua
hal yang terpisah. Maka lepaskan.
Menangislah jika perlu. Menjerit, kalau itu maumu.
Sesekali meledaklah. Bagi perasaanmu kepada langit-langit kamar, dengan bantal
guling di sebelahmu. Dengarkan lagu sedih, jika itu membuatmu lebih lega.
Sampaikan pada doa-doa bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Sadari bahwa
kamu menangis bukan karena lemah. Melainkan karena kamu sudah terlalu kuat
menahan semuanya. Menampung semua beban; sendirian.
Jangan menolak perasaanmu sendiri. Jangan menolak apapun.
Terima. Sebab beberapa hal tidak bisa diubah, maka terimalah.