DIRI KITA ADALAH KETENANGAN YANG STABIL

by - September 13, 2021

Inti dari diri kita yang sebenarnya adalah ketenangan yang stabil. Dia di dalam sana, tenang dan hening. Hanya saja, terkadang, emosi dan pikiran berhasil membuat jiwa seolah-olah kacau dan berantakan. Pada dasarnya, emosi dan pikiran tidaklah berbeda dengan ombak di laut, bayang-bayang di cermin, awan hitam di langit, dan ampas kopi di dasar cangkir.

Seperti langit, diri kita adalah padang yang luas, kosong, tenang, dan stabil. Emosi dan pikiran adalah awan dan hujan yang hanya menyelimutinya. Langit bisa gelap ataupun terang. Langit menerima segala jenis cuaca. Tapi bukankah semua itu hanya sementara? Jika hujan adalah tangis maka itu hanya sementara. Pun, jika awan cerah adalah bahagia, itu hanya sementara. Cuaca datang dan berlalu begitu saja. Semua emosi dan pikiran hanyalah cuaca yang datang dan pergi, sedangkan diri kita adalah langit yang selalu kembali lapang, tenang, dan stabil

Agak sulit diterima mungkin tapi, diri kita itu tidak jauh berbeda dengan cangkir. Perasaan dan pikiran kita adalah objek yang mengisi cangkir itu. Bisa panas, dingin, atau biasa saja. Bisa manis, pahit, asam, atau tidak berasa. Bisa jernih, pekat, ataupun berampas. Tapi bukankah semua itu hanya sementara? Air dalam cangkir bisa diganti dengan apapun. Dan setelah dicuci, cangkir akan bersih kembali—seperti diri kita.

Diri kita serupa cermin. Dia bisa merefleksikan semua objek tanpa pandang-pilih. Tapi cermin akan kembali bersih setelah objek di depannya tidak ada. Emosi dan pikiran-pikiran adalah objek yang bisa terproyeksikan kapanpun. Kita yang adalah cermin harus menyadari bahwa proyeksi hanya muncul saat objek sedang berada di depannya. Pada akhirnya kita akan memahami bahwa emosi dan pikiran hanyalah sementara. Saat objek itu menghilang—atau dihilangkan, semua akan bersih seperti semula.

Emosi dan pikiran selayaknya ombak yang hanya ada di pinggir lautan. Di tengahnya, laut tetap tenang dan hening. Badai bisa saja datang, petir bisa saja menyambar. Tapi badai dan petir akan pergi beberapa saat kemudian. Sama halnya dengan amarah. Sama halnya dengan gembira. Perubahan fenomena di lautan hanyalah sementara, tapi laut menerima semuanya. Seperti diri kita,

Diri kita siap menampung semuanya,

Menjadi tempat atas segala emosi dan pikiran

Tapi pada akhirnya semua hanya sementara

Pada akhirnya kita adalah ketenangan yang stabil—yang siap menampung emosi dan pikiran (baru) yang lain

You May Also Like

4 komentar

  1. "diri kita siap menampung semuanya",, 🤩 baca ini subuh subuh jadi semakin semangat jalanin hari ini

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Terimakasih
      Jika riuh, datang saja lagi. Baca ulang. Lalu sadar bahwa you're stronger then ever <3

      Delete